Langsung ke konten utama

Travelling Berpahala!

Halo, readers!

Apa sih hal pertama yang kalian fikirkan dengan kalimat "Travelling Berpahala"??? Kebayang gak tuh? Jalan-jalan ke destinasi wisata tapi berpahala? Hah? Emangnya bagi-bagi sembako?!

ENGGAK!

Serius! Aku bener-bener jalan-jalan dan menikmati hari itu sebagai sebuah liburan!
Lokasinya pun terdaftar di daftar destinasi wisata Pesona Indonesia :)


Singkat cerita, aku berangkat dari Bandung menuju lokasi tepat pada tanggal 30 Agustus 2017 bertepatan dengan Perayaan Hari Ulang Tahun tokoh penting di Kota tersebut. Pagi hari sebelum matahari terbit, aku sudah menyusuri jalan tol buah batu menuju lokasi bersama dengan rekan-rekan lainnya dan tiba setelah matahari terbit. Kami membawa sebuah misi kecil sembari melipir dari hiruk piruk kesibukkan sehari-hari di Kota Bandung. Sungguh! Niatku adalah melipir sejenak dan penasaran dengan rupa Kabupaten Ciamis. Dengan semangat travelling, kudapati diriku menemukan sesuatu yang belum aku banyangkan sebelumnya. 

 Adem.. 
Sejuk banget... 
Bahkan, kesejukkan ini semakin bertambah ketika kami menyusuri Situ Panjalu di sore hari sembari mendengarkan lagu yang sedang hits Agustus lalu, Payung Teduh-Akad. Semakin menjadi-jadi hatiku penuh sukacita karena mampu memberikan energi sukacita bagi orang lain di sekitarku. 


Hari itu, Kabupaten Ciamis menjadi saksi sekaligus cerita baru bahwa pengalaman adalah guru terbaik. Siang itu, kami berkumpul di Pesantren Sirnarasa yang merupakan warisan dari Pangersa Guru Agung Hadoroti Syekh Abah Anom Q. S (kerap disapa Abah ANOM) dan diteruskan jejaknya oleh Abah AOS. Eits.. Tenang.. Jangan kaget gitu, dong! Yap! Betul, ini kali pertama aku berkunjung ke sebuah Pesantren dan bertemu dengan keluarga besar pesantren mulai dari santri hingga Guru Besarnya. Ternyata, tempat ini juga merupakan destinasi wisata rohani alias destinasi wisata halal menurut Pesona Indonesia. God, really it was like a dream. 



Bukan cuma itu! Aku juga mendapatkan sebuah kesempatan yang menurutku belum tentu didapat oleh orang lain, yakni menjadi pembicara untuk sharing dengan teman-teman remaja dari Pesantren Sirnarasa mengenai pengalaman menjadi seorang Duta, Duta Generasi Berencana dan Duta Bahasa dalam rangkaian acara SEMINAR NASIONAL bertemakan "Mengukuhkan Peran Sufi dalam Mewujudkan Penanaman Empat Pilar Kebansaan" di Aula Pesantren Sirnarasa. Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian acara MILAD Abah AOS ke-75 yang mengusung tema "Satu Suara untuk Menyelamatkan Sumber Daya Dunia". 


Memang, kita pun tahu bahwa krisis sumber daya menjadi problematika yang cukup kompleks dan perlu dukungan dari berbagai pihak, mulai dari pelestarian lingkungan sebagai solusi dari permasalahan krisis Sumber Daya Alam, peningkatan kualitas hidup hingga peningkatan indeks bahagia masyarakat sebagai wujud perbaikan krisis Sumber Daya Manusia. Segala aspek ini memerlukan dukungan dan pembangunan berkelanjutan, salah satunya dengan menanamkan nilai-nilai pengingkatan sumber daya tersebut melalui aktivitas sehari-hari termasuk dari sudut pandang agama agar realita dunia dapat disikapi dengan sikap bijaksana manusia dengan segala pertimbangan akal sehat seturut hati nurani yang merupakan suara langsung dari Sang Pencipta. Manusia yang berakhlak ialah mereka yang tahu apa yang harus mereka lakukan untuk berkontribusi secara nyata dalam pembangunan, bukan yang sibuk untuk terus mencari perbedaan dan mempermasalahkannya. Bahwasannya setiap perbedaan biarlah menjadi warna dan membangun solusi baru untuk setiap permasalahan. 


Di sana, aku hadir sebagai diriku, sebagai seorang Cardina dengan segala kepribadian dan identitasnya. Tidak ada kata untuk saling menjelekkan satu sama lain apalagi membeda-bedakan, melainkan kita saling menghargai satu sama lain, memahami satu sama lain dan bersama-sama belajar untuk mewujudkan penanaman empat pilar kebangsaan dalam kehidupan sehari-hari. Dan, aku rasa demikianlah sepantas dan sewajarnya manusia hidup ber-Bhinekka Tunggal Ika. 


Siapa sangka kalau aku boleh mendapatkan kesempatan ini? Tapi aku percaya, segala sesuatu telah Tuhan atur jalannya. Dan, ini jadi chance tersendiri buatku, aku gunakan kesempatan tersebut sebaik-baiknya, mengenal lebih jauh saudara-saudaraku dari Adam dan Hawa. Siang itu, memang aku bertugas untuk berbagi pengalamanku, bukan berarti aku tidak mendapatkan apa-apa dari mereka. Tapi, ingat kan?? Hidup itu memang bagaikan YIN dan YANG yang memerlukan kata "seimbang", termasuk hari itu, hari yang menjadikan aku belajar lebih tentang penerapan kehidupan beragama di tengah-tengah pluralisme masyarakat. Bahwa hidup tidak pernah berhenti mengajarkan cinta kasih dan kehangatan yang hadir setelahnya. 

And I called that day as Travelling berpahala. Hahaha
Did you get?

@cardinanv
Sumber dokumentasi: Media Pelajar Indonesia

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pertemuan Itu, Katanya Baik?

"Tidak ada hal yang lebih baik selain dipertemukan dengan orang baik."-Cr Kirana.. Terima kasih sudah bertanya.. Kirana.. Kamu tau? Begitu banyak jumlah manusia di dunia, namun kita tidak pernah tahu dengan siapa kita akan bertemu. Bahkan ketika di dalam kandungan, kita belum tahu menahu tentang bagaimana wajah ibu yang mengandung kita sampai ketika kita lahir. Lahir ke dunia baru dan mulai melihat matahari. Kirana, coba ingat-ingat.. Apa kamu pernah mendengar kalimat tegas nan lembut di atas? Aku baru saja mau bercerita tentang pengalamanku akan kalimat itu. Aku sekarang berusia 21 tahun.. Dalam setiap perjalanan pertemuanku dari dulu sampai sekarang, aku merasakan banyak hal yang bergejolak. Mulai dari tidak dianggap dalam pertemuan kemudian tidak disukai dalam pertemuan, diacuhkan bahkan dibenci, hingga sebaliknya yakni disukai dan dielu-elukan. Eits.. Lama-lama juga terbiasa. Semoga Kirana gak akan ngalamin pahit-pahitnya ya, berat.      ...

Surat Untuk Oma

Hai Oma!  Apa kabar?  “Siapapun berhak untuk bahagia”. Itu kalimat yang paling aku ingat dan aku rasakan dari orang yang mengatakannya kepadaku. Hai, oma! Aku rindu! Rindu sekali, bahkan berkali-kali. Terlalu banyak kenangan yang gak bisa aku ceritain satu-satu buat ngingetin oma tentang kenangan kita bersama. Yang pasti, semua kenangan kita itu keren banget, oma! Sekarang gak kerasa ya aku sudah sebesar ini, 21 tahun. Usia yang katanya menjadi batas usia ideal bagi perempuan untuk boleh menikah. Dan itu artinya, sudah sekitar 7 tahun lamanya kita gak ketemu ya, oma. Selama kita gak ketemu, aku gak pernah ragu sama ajaran yang sudah oma berikan dan tanamkan ke dalam keluarga. Bahwa keluarga adalah harta yang paling berharga dan satu kalimat pertanyaan yang masih aku ingat sampai sekarang adalah “Kalau oma udah ga ada, nanti siapa ya yang jadi penomor satu di keluarga ini?”. Tik tok, aku gak bisa jawab apa-apa. Waktu itu aku masih remaja SMP yang belum menget...

Sentuhan Cantik Ibu Pertiwi

“Namanya juga travelling, bukan jalan-jalan biasa loh!”,  itu pesan yang selalu aku ingat saat tiba di Lombok. “hmm..”, aku hanya bisa bergumam memikirkan kejutan apa yang akan aku dapat di Lombok, kota yang aku nanti-nantikan selama ini. “Selamat pagi, selamat datang di Desa Sade, rumahnya orang Sasak. Tempat seluruh keluarga kami tinggal”, salam seorang pemandu asli Desa Sade kepada kami yang baru saja memasuki gapura Desa Sade.  “Whoaaa…”, semangat juga ini Bapak pemandu. “ What ?!!”, sumpah! Ini pertama kali nya aku ngeliat bentuk rumah sederhana ada didalam satu kawasan. It’s totally different sama rumah-rumah biasanya di Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat apalagi kalau dibandingkan dengan rumah pejabat di Jakarta. Hehehehe. Kamu tahu? Semuanya masih 100 persen alami, atapnya dari tumpukan jerami, berdindingkan anyaman bambu dan beralaskan tanah liat yang dicampur dengan kotoran kerbau sebagai adat khas dari Desa Sade sebagai wujud bahwa rumah tersebut sudah ...