Langsung ke konten utama

September, Be Mine

Halo, September!

Menyambut bulan baru menjadi hal yang lumrah bagi siapa saja. Biasanya mereka yang berulang tahun di Bulan tersebut akan merasakan emosi yang lebih lebih pada saat menyambut bulan tersebut ketimbang bulan - bulan lainnya. Katakan saja, bagi mereka yang lahir di Bulan September.
Sesungguhnya, bagi orang dewasa terutama pegawai atau orang yang sudah memiliki pekerjaan dan menjadi orang tua, setiap bulan tampak sama. Awal bulan menjadi awal bahagia, karena dapat menyediakan kebutuhan anaknya.
Bagi anak pun, demikian. Karena rezeki seakan lancar diawal bulan.
Haha

Setelah  melewati 10 hari di Bulan September, banyak sekali turun naik yang sangat amat terasa.. Padahal tanggal 11 masih dapat dikatakan sebagai awal bulan.
Semua yang telah aku lewati selama 10 hari terakhir terasa seperti sebuah pergumulan yang panjang, yang rasanya seperti berhari-hari sudah dilalui. Padahal, baru saja kemarin.

Singkat cerita, anggap saja aku terpesona dengan cara Tuhan menjadikan Septemberku penuh dengan hujan sekaligus pelangi lengkap dengan terik matahari hingga tangan yang mempayungiku.
Diawal Bulan September, aku sedang berada di rumah. Di Jakarta, bersama mama dan kaka..
Aku berhasil pulang di Hari Kamis, tepat tanggal 31 Agustus karena aku memilih untuk pulang walau nyatanya siang itu aku seharusnya bimbingan bersama dosenku. Akan tetapi, hidup itu pilihan. Seharusnya kami bertemu di pagi hari sesuai jadwal yang telah disepakati bersama, sayangnya beliau tiba-tiba harus melakukan hal lain yang lebih penting dan tidak dapat ditinggalkan. Alhasil, aku memilih pulang di siang hari karena aku sudah memesan tiket kereta sejak seminggu sebelumnya. hehe
Asal kalian tahu, naik kereta adalah hal yang paling aku suka jika dibandingkan dengan transportasi darat lainnya. Okeyyyy back to the topic.

Then, aku berniat untuk melanjutkan tulisanku di rumah, tapi ajakan mama jauh lebih kuat dibandingkan niatku. Jadi, niat tersebut digantikan dengan menemani mama seharian di tanggal 1 September sebelum akhirnya aku kembali ke Bandung di tanggal 2, pagi hari.
Sesampainya aku di Bandung, aku langsung berangkat ke Workshop News Anchor di Tamansari bersama rekan-rekan DJ Arie dan berkesempatan untuk sharing ilmu bersama Asran Shady. WOW.
You know guys, it is a long step for me so I can be here. 

Sejak hari itu, aku lebih sering menghabiskan hari-hariku bersama Syifa, one of my bestie in Bandung. Malam harinya, kami bersiap untuk menginap di rumah Ibu Novi, one of my bestie also. Ceritanya dalam rangka Idul Adha hehe 

Percacyalah, Tuhan selalu membiarkan aku dekat denganNya melalui kehangatan dari orang-orang yang Dia titipkan untuk bertemu denganku. 

Sesampainya di rumah Ibu Novi, aku terlelap dan bangun lagi di pagi hari. Kami menikmati suasana di kaki gunung Manglayang tepatnya di car free day, karena itu hari Minggu. Sungguh nikmat!

Sedikit banyak yang kami tuturkan bersama, meskipun rasanya belum semua tercurahkan. Waktu yang terus berjalan memaksa aku dan Syifa pulang di siang harinya.

Sesampainya di kawasan kampus, kami kembali ke kosan kami masing-masing. Mengerjakan apa yang harus kami kerjakan masing-masing.
Aku melanjutkan tugas tulisanku sementara syifa? aku lupa syifa ngapain, sepertinya dia tertidur. wkwk

Hari itu terasa sangat panjang.. Sorenya, aku ibadah.. Rasanya, tenang..

Keesokan harinya, kami bertemu lagi entah kenapa minggu itu aku merasa dipenuhi dengan syifa haha
Bahkan tidak lama setelah itu, kami melaksanakan lomba bersama. Ini untuk pertama kalinya.
Setelah lama bersama, akhirnya kami berlomba bersama sebagai news anchor.
Ketahuilah Tuhan benar-benar memahami setiap umatNya.
Dan apa yang Dia lukis, itulah yang terjadi.

Sudah lama aku menantikan diriku hadir sebagai seorang news anchor. Dan ini pun pertama kalinya aku mengikuti kontes seperti ini. Puji Tuhan, aku lolos tahap penyisihan dan berhasil masuk sebagai finalis bersama Syifa.
It just like a dream.
Rasanya seperti seluruh bumi berpihak padaku.
Tapi ingat, kerendahan hati setiap insan menjadikan sinar mentari yang tadinya menyinari setiap manusia seolah terpancar dari kita dan mampu memberikan sinar kepada orang lain. Hari itu, 6 September 2017.

Tepat setelah lomba tersebut selesai, ada berita yang teramat sangat mengejutkanku.. Namun hatiku tidak ketir.. Hanya tetap tenang, seolah meminta ku untuk menjadi orang yang lebih sabar.
Ketika aku berada di posisi seperti ini, rasanya aku ingat doa dari mama yang melekat pada namaku.
....Cardina...
Sosok perempuan yang kuat..

Baiklah, aku percaya ketenangan hati ini datangnya adalah dari Tuhan.. 
Aku percaya, jika apa yang telah aku susun dan aku anggap baik adanya belum tentu baik bagi Tuhan.. 
Dan, sesungguhnya apa yang Tuhan berikan adalah apa yang menurut Tuhan baik adanya. 
Sebab ada tertulis, ketika manusia beranjak dewasa dan mulai memahami mana yang baik dan mana yang buruk, bukanlah tentang apa yang benar atau apa yang salah. Melainkan, apa yang berkenan bagi Allah dan apa yang tidak. 

Memang masih dalam suasana terkejut dan heran... Bagaimana mungkin..
Tapi terbesit di hatiku, bagi Tuhan tidak ada hal yang tidak mungkin.
Dan, aku percaya.


Aku seonggok daging yang lemah tanpa Tuhan, tapi bersama Tuhan Allah melalui Yesus aku kuat..

Beberapa hari rasanya kurang kalau aku hanya berdiam dan merenung..
Aku bergerak mengikuti kata hati, melakukan apa yang kata hatiku katakan.
Meskipun ada beberapa hal yang rasanya tidak mampu diterima oleh otakku sendiri.
Tapi, hatiku tanpa rasa khawatir, maka aku yakin.


Hari Jumat, 8 September 2017
Aku ingat 1 hal..
Besyukurlah terlebih dahulu, baru bahagia.. Bukan sebaliknya.

Bahwasannya, tidak mudah bersyukur atas apa yang kita hadapi jika hal tersebut tidak sesuai dengan rencana atau harapan kita.
Padahal, manusia tahu bahwa apa yang terjadi itulah kehendak Allah..
Bahwa apa yang terjadi segalanya indah apabila disyukuri.
Tapi, manusia lupa..
Manusia tidak mengerti bahwa bahagia yang tak terhingga itu datangnya dari Allah.
Dan hanya Allah, sang empunya.


Malam itu juga, Tuhan membiarkan aku belajar menerima kenyataan..
Seperti rintik hujan tiba-tiba datang setelah matahari bersinar cerah..
Tapi disaat itu juga, ada tangan yang tiba-tiba datang dan memberikan payung untukku.
Tidak.. Bukan hanya satu tangan..
Beberapa tangan..
Bahkan menopang aku kembali..
Dari mana datangnya kalau bukan dari Allah??

Keesokan harinya, bunga-bunga kembali bermekaran dan menemaniku dengan semerbak wanginya.
Lagi-lagi keadilan Tuhan itu tidak pernah mati. Begitulah Ia memperlakukan setiap mahluk ciptaanNya.

Setelahnya, aku penuh syukur dengan sedikit gundah dihati hadir di rumah Allah.
Disana, Tuhan menguatkan aku dengan sebuah kesadaran.

Bahwa manusia menjalani kehidupan dengan cobaan yang sesuai dengan kapasitasnya. 

Bahwa manusia hanya perlu kesabaran dengan hati yang ikhlas setelah ia berusaha

Dan bahwa manusia wajib untuk terus berdoa dan berusaha serta membiarkan Tuhan yang menjadikan semuanya indah. 


Itulah pergumulan yang aku rasakan 10 hari terakhir. 
Tapi, tidak perlu bertanya-tanya kenapa itu bisa terjadi, karena memang semua adalah mungkin bagi Allah
Dan tidak perlu mengkhawatirkan apa yang akan terjadi, karena terjadilah padaku menurut perkataanMu. 
Tidak perlu merasa sendiri, jika bahkan tangan-tangan kecil Tuhan sudah siap untuk membantuku. 

September, Be Mine. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pertemuan Itu, Katanya Baik?

"Tidak ada hal yang lebih baik selain dipertemukan dengan orang baik."-Cr Kirana.. Terima kasih sudah bertanya.. Kirana.. Kamu tau? Begitu banyak jumlah manusia di dunia, namun kita tidak pernah tahu dengan siapa kita akan bertemu. Bahkan ketika di dalam kandungan, kita belum tahu menahu tentang bagaimana wajah ibu yang mengandung kita sampai ketika kita lahir. Lahir ke dunia baru dan mulai melihat matahari. Kirana, coba ingat-ingat.. Apa kamu pernah mendengar kalimat tegas nan lembut di atas? Aku baru saja mau bercerita tentang pengalamanku akan kalimat itu. Aku sekarang berusia 21 tahun.. Dalam setiap perjalanan pertemuanku dari dulu sampai sekarang, aku merasakan banyak hal yang bergejolak. Mulai dari tidak dianggap dalam pertemuan kemudian tidak disukai dalam pertemuan, diacuhkan bahkan dibenci, hingga sebaliknya yakni disukai dan dielu-elukan. Eits.. Lama-lama juga terbiasa. Semoga Kirana gak akan ngalamin pahit-pahitnya ya, berat.      ...

Surat Untuk Oma

Hai Oma!  Apa kabar?  “Siapapun berhak untuk bahagia”. Itu kalimat yang paling aku ingat dan aku rasakan dari orang yang mengatakannya kepadaku. Hai, oma! Aku rindu! Rindu sekali, bahkan berkali-kali. Terlalu banyak kenangan yang gak bisa aku ceritain satu-satu buat ngingetin oma tentang kenangan kita bersama. Yang pasti, semua kenangan kita itu keren banget, oma! Sekarang gak kerasa ya aku sudah sebesar ini, 21 tahun. Usia yang katanya menjadi batas usia ideal bagi perempuan untuk boleh menikah. Dan itu artinya, sudah sekitar 7 tahun lamanya kita gak ketemu ya, oma. Selama kita gak ketemu, aku gak pernah ragu sama ajaran yang sudah oma berikan dan tanamkan ke dalam keluarga. Bahwa keluarga adalah harta yang paling berharga dan satu kalimat pertanyaan yang masih aku ingat sampai sekarang adalah “Kalau oma udah ga ada, nanti siapa ya yang jadi penomor satu di keluarga ini?”. Tik tok, aku gak bisa jawab apa-apa. Waktu itu aku masih remaja SMP yang belum menget...

Sentuhan Cantik Ibu Pertiwi

“Namanya juga travelling, bukan jalan-jalan biasa loh!”,  itu pesan yang selalu aku ingat saat tiba di Lombok. “hmm..”, aku hanya bisa bergumam memikirkan kejutan apa yang akan aku dapat di Lombok, kota yang aku nanti-nantikan selama ini. “Selamat pagi, selamat datang di Desa Sade, rumahnya orang Sasak. Tempat seluruh keluarga kami tinggal”, salam seorang pemandu asli Desa Sade kepada kami yang baru saja memasuki gapura Desa Sade.  “Whoaaa…”, semangat juga ini Bapak pemandu. “ What ?!!”, sumpah! Ini pertama kali nya aku ngeliat bentuk rumah sederhana ada didalam satu kawasan. It’s totally different sama rumah-rumah biasanya di Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat apalagi kalau dibandingkan dengan rumah pejabat di Jakarta. Hehehehe. Kamu tahu? Semuanya masih 100 persen alami, atapnya dari tumpukan jerami, berdindingkan anyaman bambu dan beralaskan tanah liat yang dicampur dengan kotoran kerbau sebagai adat khas dari Desa Sade sebagai wujud bahwa rumah tersebut sudah ...