Selamat malam..
Izinkan aku menceritakan apa yang aku rasa sepanjang hari ini dan beberapa hari terakhir..
Sesungguhnya ini mungkin jadi perjalanan yang biasa aku lakukan (dulu) beberapa bulan lalu, tapi entah kenapa kali ini aku menanti-nantikan pagi dan hari berganti agar aku cepat bertemu dengan kota kenangan.
Aku sempat merasa asing saat terakhir aku hampiri kota ini, tapi kali ini aku tahu. Sangat tahu! Apa hal yang membuat aku asing waktu itu. Bukan kotanya, tapi diriku yang seperdetiknya sedang beralih dan berganti penuh dengan kenangan yang tak lagi sama seperti sedia kala. Tapi, kotaku tetap sama.
Sejuta renjana yang kupendam terlepaskan kali ini.. Mereka terbang sambil menari di angkasa bersama semesta. Oh, sungguh indahnya..
Pagiku cerah bersama hangatnya sambutan fajar lengkap dengan lembabnya embun menyisiri dedaunan di sini. Begitu pula siang yang rindang, sore yang bebas dari kelam dan malam berbintang!
Kota kenangan ternyata jadi obat dari renjanaku, pedih dan perihku, serta semua keluh dan kesahku.
Walau bukan antibiotiknya, tapi kota ini jadi obat pereda nyeri yang benar-benar instan dan dahsyat.
Perasaanku kini terkelupas, mataku kini terbuka dan tanganku terentang lebar dibuatnya lengkap dengan mata yang kini berbinar karena senyum tak lagi hanya goresan semata.
Memang enam bulan pergi dari kota ini membuat aku mengalami banyak hal yang ternyata berdampak pada perubahan wajah (cenah), tapi itu ga penting. Yang penting, sesulit apapun aku hadapi, seberat apapun aku lewati dan sekeras apapun aku takluki.
Sempat mendung, sempat cerah tapi mentari masih saja bersembunyi dibalik awan dan sempat hitam kelam. Tapi ketika aku kembali aku temukan diriku tak sama lagi, aku temukan mentari yang berseri, aku temukan hari yang menyambutku indah.
Sejuk tapi hangat bak pelukan tak terelakkan di pagi hari.
Aku biarkan berkah melimpah hadir di hidupku, sesungguhnya Ia biarkan kita selalu belajar rela berkorban berjuang untuk pulang.
Dan..
Rela berkorban tidak pernah mengajarkan kita untuk mengorbankan orang lain, melainkan diri kita sendiri. Bahwasannya mengorbankan orang lain hanyalah tentang menang atau kalah. Hidupku indah, lebih dari cerita menang atau kalah. Hidupku bermakna karena Semesta Yang Maha si empunya.
Semesta, terima kasih karena membiarkan renjanaku terbang dan menari di langit bersamamu.
Semesta Yang Maha, terima kasih karena pelajaran hidup yang Kau beri begitu berharga.
Segala sesuatu punya makna,
Segala sesuatu punya cerita,
dan segala sesuatu punya lupa.
agnsdnc
-ig:cardinanv
Komentar
Posting Komentar