Langsung ke konten utama

Pelajaran dari Langit Dikala Senja

Sore itu aku cemas sekaligus lemas. Jakarta, sore hari.
Rasanya aku sudah berjuang sedari pagi, bahkan hari sebelumnya pun demikian.
I've been do all my best there.
But life isn't only about it, sometimes.
Perih datang tiba-tiba di malam hari..
Di sini lah akhirnya aku sadari..
Sometimes we win, but sometimes we learn.

Setiap orang pasti melalui masa-masa seperti ini, aku yakin!
Masa ketika dia mengusahakan segala kebaikan terjadi, tapi alam berkata lain.
Masa ketika dia melakukan yang terbaik, tapi semesta meminta hal lain.
Masa ketika dia menggunakan tenaga terakhir, tapi waktu berkata lain.
Bahkan mungkin ada mereka yang mengalami hal ini lebih dari apa yang aku alami, lebih dari apa yang aku rasakan dan lebih dari apa yang terjadi padaku.
Aku bersyukur..
Bersyukur masih diberikan kekuatan dan dukungan dari teman-teman terbaik.
Bersyukur masih mendapatkan kebahagiaan di tempat lain.
Bersyukur masih ada di jalan yang Tuhan berikan sekarang.

Dalam perjalanan menitih dan mewujudkan mimpi, semua orang bijak bicara tentang proses.
Sementara orang picik bicara tentang hasil.
Dan orang beruntug menghargai segala sesuatu.

Kali ini aku benar-benar yakin bahwa belajar dari langit dikala senja adalah hal yang paling menenangkan..
Bagaimana tidak, ia selalu menjadi tempat yang indah dikala senja datang.
Tapi langit tidak pernah marah jika senja pergi, karena ia yakin senja akan kembali bagaimanapun hujan datang atau awan tidak bersahabat.
Langit dikala senja selalu ikhlas melepas kepergian matahari setelah senja..
Bahkan dalam berbagai keadaan, bagaimanapun senja datang kali itu, dengan merah merekah maupun hitam kelam, langit dikala senja tetaplah indah.
Ia tidak berkekurangan juga tidak berkelebihan.
Menghangatkan dikala yang melihatnya merasa ketir dan khawatir.
Menenangkan dikala yang menikmatinya merasa gundah dan resah.

Sungguh indah menjadi langit dikala senja..
Kemampuannya berserah dan bersyukur memberikan berkat keindahan untuk semuanya..

Demikian aku belajar dari langit dikala senja.
Ia mampu terlihat indah bagaimanapun keadaan senja datang kala itu.
Terlebih mampu memukau penikmat senja darimanapun mereka melihat senja.
Terima kasih, langit dikala senja..
Aku bersyukur..


@cardinanv



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pertemuan Itu, Katanya Baik?

"Tidak ada hal yang lebih baik selain dipertemukan dengan orang baik."-Cr Kirana.. Terima kasih sudah bertanya.. Kirana.. Kamu tau? Begitu banyak jumlah manusia di dunia, namun kita tidak pernah tahu dengan siapa kita akan bertemu. Bahkan ketika di dalam kandungan, kita belum tahu menahu tentang bagaimana wajah ibu yang mengandung kita sampai ketika kita lahir. Lahir ke dunia baru dan mulai melihat matahari. Kirana, coba ingat-ingat.. Apa kamu pernah mendengar kalimat tegas nan lembut di atas? Aku baru saja mau bercerita tentang pengalamanku akan kalimat itu. Aku sekarang berusia 21 tahun.. Dalam setiap perjalanan pertemuanku dari dulu sampai sekarang, aku merasakan banyak hal yang bergejolak. Mulai dari tidak dianggap dalam pertemuan kemudian tidak disukai dalam pertemuan, diacuhkan bahkan dibenci, hingga sebaliknya yakni disukai dan dielu-elukan. Eits.. Lama-lama juga terbiasa. Semoga Kirana gak akan ngalamin pahit-pahitnya ya, berat.      ...

Surat Untuk Oma

Hai Oma!  Apa kabar?  “Siapapun berhak untuk bahagia”. Itu kalimat yang paling aku ingat dan aku rasakan dari orang yang mengatakannya kepadaku. Hai, oma! Aku rindu! Rindu sekali, bahkan berkali-kali. Terlalu banyak kenangan yang gak bisa aku ceritain satu-satu buat ngingetin oma tentang kenangan kita bersama. Yang pasti, semua kenangan kita itu keren banget, oma! Sekarang gak kerasa ya aku sudah sebesar ini, 21 tahun. Usia yang katanya menjadi batas usia ideal bagi perempuan untuk boleh menikah. Dan itu artinya, sudah sekitar 7 tahun lamanya kita gak ketemu ya, oma. Selama kita gak ketemu, aku gak pernah ragu sama ajaran yang sudah oma berikan dan tanamkan ke dalam keluarga. Bahwa keluarga adalah harta yang paling berharga dan satu kalimat pertanyaan yang masih aku ingat sampai sekarang adalah “Kalau oma udah ga ada, nanti siapa ya yang jadi penomor satu di keluarga ini?”. Tik tok, aku gak bisa jawab apa-apa. Waktu itu aku masih remaja SMP yang belum menget...

Sentuhan Cantik Ibu Pertiwi

“Namanya juga travelling, bukan jalan-jalan biasa loh!”,  itu pesan yang selalu aku ingat saat tiba di Lombok. “hmm..”, aku hanya bisa bergumam memikirkan kejutan apa yang akan aku dapat di Lombok, kota yang aku nanti-nantikan selama ini. “Selamat pagi, selamat datang di Desa Sade, rumahnya orang Sasak. Tempat seluruh keluarga kami tinggal”, salam seorang pemandu asli Desa Sade kepada kami yang baru saja memasuki gapura Desa Sade.  “Whoaaa…”, semangat juga ini Bapak pemandu. “ What ?!!”, sumpah! Ini pertama kali nya aku ngeliat bentuk rumah sederhana ada didalam satu kawasan. It’s totally different sama rumah-rumah biasanya di Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat apalagi kalau dibandingkan dengan rumah pejabat di Jakarta. Hehehehe. Kamu tahu? Semuanya masih 100 persen alami, atapnya dari tumpukan jerami, berdindingkan anyaman bambu dan beralaskan tanah liat yang dicampur dengan kotoran kerbau sebagai adat khas dari Desa Sade sebagai wujud bahwa rumah tersebut sudah ...