Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2018

Kemana Harus Pulang?

Selamat malam..  Izinkan aku menceritakan apa yang aku rasa sepanjang hari ini dan beberapa hari terakhir.. Sesungguhnya ini mungkin jadi perjalanan yang biasa aku lakukan (dulu) beberapa bulan lalu, tapi entah kenapa kali ini aku menanti-nantikan pagi dan hari berganti agar aku cepat bertemu dengan kota kenangan.  Aku sempat merasa asing saat terakhir aku hampiri kota ini, tapi kali ini aku tahu. Sangat tahu! Apa hal yang membuat aku asing waktu itu. Bukan kotanya, tapi diriku yang seperdetiknya sedang beralih dan berganti penuh dengan kenangan yang tak lagi sama seperti sedia kala. Tapi, kotaku tetap sama.  Sejuta renjana yang kupendam terlepaskan kali ini.. Mereka terbang sambil menari di angkasa bersama semesta. Oh, sungguh indahnya.. Pagiku cerah bersama hangatnya sambutan fajar lengkap dengan lembabnya embun menyisiri dedaunan di sini. Begitu pula siang yang rindang, sore yang bebas dari kelam dan malam berbintang! Kota kenangan ternyata jadi obat d

Kuberitahu Kamu Arti Rindu

Well , hari ini Jakarta mulai kembali cerah setelah beberapa minggu terakhir ia menderukan musik alam indah yang basah.. Hujan!  Kata sahabat remajaku disana, semesta sedang menemaniku dan meresponku saat itu.  Haha ada-ada saja!  Semua yang terjadi dan telah aku lalui patut disyukuri. Oh, bukan cuma aku yang patut bersyukur melainkan kita semua yang mendapatkan pengalaman dan pelajaran berharga disetiap nafas yang kita hembuskan.  Siang ini bersama dengan penantianku akan secangkir coffee mint yang punya kenikmatannya sendiri, aku melihat pemandangan sederhana namun bermakna.  Aku belajar dari sebuah pagar rumah di pinggir jalan yang tadi aku lewati sebelum akhirnya menanti secangkir coffee mint ku.  Jadi.. Aku dengar orang-orang bercerita tentang hal ini, bahwa: Ada kalanya ketika sekeras apapun kita berusaha menumbuhkan lumut dengan air hujan untuk menutupi lubang pagar yang dilubangi orang lain, lumut itu tumbuh dan berhasil menutupinya. Tapi, ada ka

Firasat

Anugerah ini kuterima begitu saja. Kali pertama bertemu hanya menyisakan kata. Tanpa tanya, hanya perkenalan semata. Katanya kau melihat aku bersahaja. Lantas banyak kisah yang dilalui menghantarkan aku pada sebuah firasat. Aku pikir ini bukan sesuatu yang penting karena tak sedikipun terasa jelas. Tapi firasat menamparku dengan keras dan mengecamku dengan tegas. Dengan segala cara Dia jawab tanya dan doaku, ya melalui firasat. Siapalagi yang kuat jika bukan hati aktornya. Siapalagi yang mengerti jika bukan hati aktrisnya. Siapalagi yang pandai jika bukan hati pemiliknya. Siapalagi yang merintih jika bukan hati pelakunya. Banyak kata yang dulu terucap, tapi tak satupun tersisa. Banyak kisah yang dulu lekat, tapi kemana perginya? Banyak kenangan yang berwarna, tapi semua sirna. Banyak cinta yang diberikan, tapi dibuangnya. Begini rasanya jika pesan nyata tak kunjung sampai pada telinga yang harus mendengarnya. Walau memang tak semua yang datang akan menyampaika